30 Januari, 2009

le Grand Voyage (film)

Ini adalah salah satu film yang sudah cukup lama ingin aku tonton. Setelah sekian lama mencari film ini, akhirnya secara tak sengaja pada Rabu (21/1) kemarin aku menemukannya di salah satu rak Video Ezy NewYorkerto. Dulu, pertama kali membaca resensinya (aku lupa di mana), aku langsung terpikat. Sebuah film produksi patungan Perancis dan Maroko garapan sutradara Ismael Ferroukhi (merangkap sekaligus penulis naskah) di tahun 2004.


Film ini berkisah tentang perjalanan dua manusia yang berbeda generasi, yakni ayah (Mohamed Majd) dan anaknya, Reda (Nicolas Cazale). Perjalanan dari Perancis menuju Mekkah ini merupakan usaha sang ayah untuk melakukan ibadah haji.


Di awal film, diceritakan bahwa Reda harus menggantikan kakaknya untuk mengantar sang Ayah melakukan perjalanan dari Perancis menuju Mekkah menggunakan mobil. Hal ini dikarenakan sang kakak telah dicabut SIM-nya, padahal sang Ayah tidak dapat menyetir sehingga harus ada yang mengantarnya. Sejak awal Reda sudah tidak senang menerima tugas ini, terlebih lagi diantara dia dan Ayahnya terjalin hubungan yang tidak terlalu akrab. Terlebih lagi keduanya mempunyai karakter yang sama-sama keras. Hubungan ayah anak inilah yang mewarnai perjalanan yang sangat jauh tersebut.


Perjalanan itu sendiri tidak selalu berjalan mulus, dan inilah yang membuat film ini menjadi menarik. Antara ayah anak tersebut sering terlibat perselisihan, yang pada akhirnya malah membuat hubungan keduanya begitu dekat. Ada pula kejadian ketika seorang wanita tak dikenal menumpang mobil mereka secara seenaknya. Mereka juga sempat terlibat masalah ketika bertemu dan berkenalan dengan seseorang di Turki yang sebelumnya membantu mereka untuk dapat masuk ke wilayah Turki. Juga tak terlupakan saat mobil mereka terkubur salju di wilayah Bulgaria.


Ada sebuah adegan yang membuat saya sedikit tersenyum, yaitu ketika Reda memprotes ayahnya mengenai makanan. Reda bosan setelah beberapa lama hanya makan telur dan roti selama perjalanan, ia menginginkan daging. Menanggapi protes Reda, tak berapa lama sang ayah minta agar mobil dihentikan. Kemudian sang ayah turun dan tak lama kemudian kembali lagi membawa seekor kambing/domba. Tentu saja itu kambing/domba yang masih hidup. Rupanya sang ayah telah memberikan apa yang Reda inginkan, yaitu daging. Namun karena daging tersebut masih hidup, alhasil malah mengganggu Reda menyetir, karena kambing/domba tersebut terus saja bersuara di dalam mobil. (Hehe.. ayah yang sangat cerdas ternyata). Akhirnya setelah cukup terganggu, diputuskan untuk menyembelih hewan tersebut. Namun apa mau dikata, sebelum di sembelih, kambing/domba tersebut berhasil melepaskan diri dari pegangan Reda, dan tidak dapat di tangkap kembali olehnya. Rupanya nasib baik belum berpihak pada mereka. Ga jadi makan daging deh,, hehe..


Meskipun film ini kental dengan ajaran salah satu agama, yakni Islam, hal ini bukan berarti film ini menjadi tidak menarik untuk ditonton bagi para penganut agama lainnya. Film ini tetap “indah” bagi semua kalangan dan golongan.


Jika ingin tau alasan sang ayah kenapa bersikeras untuk menunaikan haji menggunakan mobil dan juga bagaimana akhir dari kisah ini, tonton saja segera film ini. Akan menjadi menyebalkan jika saya beritahu di sini. Yang jelas, ending film ini di luar dugaanku sebelumnya. Entah apakah termasuk happy ending atau sad ending. Penontonlah yang dapat menilainya.


Sebagai info tambahan, film ini berhasil memperoleh beberapa penghargaan, yaitu di Venice Film Festival, Newport International Film Festival, dan di Mar del Plata Film Festival.

Film ini saya rekomendasikan untuk di tonton.

untuk lebih jelasnya, dapat dilihat di sini (wikipedia), di sini (imdb), dan di sini (rottentomatoes)

*gambar di unduh dari http://cakrawala-senja.blogspot.com/2008/07/le-grand-voyage.html*

1 tanggapan:

Anonim mengatakan...

thax infonya... terakhir nonton pintu terlarang dan red cliff2.. tp blum aku posting... (*keburu basi deh

 
Template by suckmylolly.com - background image by elmer.0