06 Januari, 2009

Milk (Film)


Toing pernah bermimpi sewaktu ia tidur pada suatu malam yang kelam. Bermimpi tentang dirinya sendiri. Dalam mimpinya, ia adalah seorang yang berkubang dengan kemiskinan. Hidupnya susah. Kasian deh pokoknya. Menyedihkan. Sampai pada akhirnya toing merasa bahwa sebenarnya ia telah ditindas secara halus oleh negaranya. Ia dimiskinkan oleh sistem yang ada.

Merasakan kenyataan ini, toing berontak. Ia melawan. Ia berusaha memperjuangkan apa yang ia anggap sebagai sebuah kebenaran. Berusaha merubah sistem yang sedang berjalan. Berjuang tidak hanya untuk dirinya, tapi juga untuk semua orang yang senasib dengannya.


Tapi perjuangan mahal harganya. Banyak yang harus ia korbankan. Namun hal ini tidak menyurutkan langkahnya. Ia tetap terus berjuang. Melawan negara. Melawan pemilik kekuasaan. Yang pada akhirnya semua ini berbalik menjadi sebuah kematian. Toing dibunuh oleh lawan politiknya.


Ketika semua usai, toing terbangun dari tidurnya. Menyadari bahwa semua itu tadi hanyalah bunga tidur (bukan bunga pasir tentunya). Ia mengatur nafasnya, berusaha menenangkan diri. Seketika itu pula ia teringat pada film yang tadi ia tonton sebelum memejamkan mata. Film garapan Gus Van Sant yang berjudul “Milk”. Toing merasa apa yang telah ia tonton tadi, mempengaruhi istirahat malamnya melahirkan sebuah mimpi buruk dalam tidurnya.


Film tersebut berdasarkan kisah nyata kehidupan seorang politisi di Amerika Serikat, Harvey Milk. Dia adalah aktivis yang memperjuangkan hak-hak kaum gay dan juga seorang yang mengakui secara terbuka bahwa ia gay, yang pertama kali berhasil menjadi pejabat publik di California melalui pemilihan yang diselenggarakan. Dia berhasil menjadi anggota dari “San Francisco Board of Supervisors”.


Dikisahkan pada film tersebut perjalanan hidup Harvey Milk dari yang sebelumnya seorang wirausahawan menjadi seorang aktivis dan politisi hingga akhirnya pembunuhan atas dirinya oleh anggota Supervisors yang lain. Di sana diperlihatkan bahwa perjuangannya untuk membela hak-hak kaumnya tidak selalu berjalan mulus. Mulai dari kegagalan dalam pemilihan-pemilihan sebelum akhirnya berhasil terpilih, kemudian perginya orang yang ia cintai, sampai dengan pembunuhan atas dirinya oleh rekan kerjanya sendiri.


Film ini menjadi menarik, karena berdasarkan sejarah, di ambil dari kejadian yang nyata terjadi di tahun 70-an. Di samping itu juga disisipkannya rekaman-rekaman asli yang berhubungan dengan kejadian tersebut di dalam film. Terlebih lagi, penampilan Sean Penn yang cukup apik dalam memerankan tokoh Harvey Milk.


Setelah mengatur nafasnya beberapa saat, toing akhirnya bisa tenang kembali. Ia meneguk segelas air, dan melanjutkan kembali tidurnya. Memejamkan mata sambil berharap bahwa dunia akan tetap baik-baik saja. Berharap besok tidak terjadi apa-apa pada dirinya.


*mengenai film “Milk”, dapat dilihat di sini (imdb.com), dan di sini (metacritic.com), juga di sini (wikipedia), serta di sini (rottentomatoes.com)*

Gambar di unduh dari wikipedia.


4 tanggapan:

Anonim mengatakan...

Wah kayake keren untuk ditonton ki...
salam kenal nggih!

Anonim mengatakan...

Kayaknya ini film asik nih...

Anonim mengatakan...

Sinematografinya paten banget. Devisi artistik juga kerjanya top. Barisan castnya mantap. Paling suka dengan aksinya James Franco. Untuk Sean Penn, pada beberapa aksi mengingatkan pada aktingnya di I Am Sam.
Bagi mereka pejuang kaum minoritas, tidak hanya kaum homo, film ini wajib tonton.

omoshiroi mengatakan...

:::Ndoro Seten
monggo dipun tonton mawon,,
nggih, sami-sami..

:::alifia82
yah lumayan lah bu guru,,

:::gilasinema
kayaknya bagusan komentar situ nih daripada review buatan saya..hehe
Sean Penn di sini memang seperti gay, n di I Am Sam, kaya bener-bener terbelakang.. keren penghayatan perannya menurut saia,,

 
Template by suckmylolly.com - background image by elmer.0